Bullying
sudah sejak lama dianggap sebagai perbuatan pengecut dan pelampiasan dari
masalah internal keluarga atau masalah lingkungan sosial. Tetapi, sebuah
penelitian menyebutkan bahwa bullying itu bukan merupakan respons buruk tubuh
tetapi merupakan proses yang melindungi tubuh.
Duke
University mengikutkan 1000 subjek percobaan dengan latar belakang kehidupan
yang berbeda-beda, dimulai dari saat mereka berumur 9 tahun dan berakhir saat
mereka menginjak umur 20-an. Berdasarakan subjek tersebut, peneliti
mengidentifikasi pelaku bullying, korban bullying, dan yang merupakan keduanya
atau bukan keduanya. Pelaku bullying yang “murni” artinya selalu melakukan hal
itu didapatkan mempunyai level C-reactive protein (CRP) terendah, yang
merupakan substansi yang mempunyai hubungan dengan inflamasi dan penyakit
jantung.
Poster stop bullying (http://shoreline-eatingdisorders.com/just-right-passage-long-term-effects-bullying/) |
Anda
mungkin berpikir bahwa pelaku bullying ini memang sehat dari dulunya sehingga
bisa menakuti yang lain. Berdasarkan data peneliti, itu bukanlah penyebabnya.
CRP baru menurun ketika pelaku bullying ini melakukan aksinya, yang artinya
bahwa bullying ini dapat menstimulasi kesehatan yang baik bagi pelakunya.
0 comments:
Post a Comment