Selamat Datang

Sunday, August 24, 2014

Postingan kali ini saya ingin membahas tentang salah satu “aliran” fotografi, yaitu Levitasi. Levitasi dalam konteks ini bisa diartikan sebagai objek foto yang kelihatan melayang. Sebetulnya saya terinspirasi dari situs ini : http://yowayowacamera.com. Situs ini milik seorang cewe Jepang bernama Natsumi Hayashi (Namanya mengingatkan sama publisher game Harvest Moon, Natsume). Situs itu dipenuhi dengan foto-foto Natsumi yang terlihat “melayang”, mungkin anda mengira bahwa foto-foto itu merupakan foto editan, namun kenyataannya bukan. Dalam proses pemotretannya, Natsumi melompat berkali-kali untuk mendapatkan foto yang sempurna. “wah, pasti kameranya canggih dan mahal, makanya dia bisa motret seperti itu”, mungkin sobat berpikir begitu, dan tebakan sobat Bener. Dia make kamera Canon EOS 5D Mk2 dan lensa Canon EF50mm F1.2L USM, EF24-70mm F2.8L USM, serta PENTAX 67 (tertera di halaman “about” di situsnya), yang harganya selangit.

Credit : yowayowacamera

Tapi, kamera canggih dan lensa yang mahal bukan merupakan faktor utama agar dapat foto yang begituan, saya memberikan contoh foto yang saya ambil menggunakan kamera digital biasa yang ngga ada mode manualnya:


kawan saya yang jadi modelnya, intinya biar dapet momen yang pas, model harus lompat berkali-kali. Ini satu contoh lagi dengan masih pakai kamera yang sama:


Nah, kesimpulannya semua kamera bisa dipakai untuk nyoba motret levitasi.

Sedikit trik untuk yang memakai kamera digital biasa:
  • Sebagian kamera digital punya mode manual, ini untung banget, anda switch ke mode manual kemudian atur aperturenya di f/serendah mungkin (misal f/2.4) dan shutter speed di atas 1/250 biar gerakan beku (Natsumi malah pakai shutter si atas 1/500 kalau foto outdoor atau di atas 1/320 kalau foto indoor dan kurang cahaya), ISO bisa dicoba dinaikin sampek 400.
  • Kalau ngga ada mode manual, coba dilihat mungkin ada mode sport, kalau ada pakai itu saja.
  • Kalau ngga ada dua-duanya artinya kamera anda cuma bisa make auto, caranya cari tempat yang terang terus buat subjeknya melawan sumber cahaya, biar shutter speed kamera bisa cepat, tapi konsekuensinya subjek keliatan hitam (siluet).

Karena orang tua saya dapat rezeki lebih, saya dibeliin kamera DSLR, dan ini contoh levitasi dari kamera saya:

Modelnya masih kawan saya.

Inilah postingan kali ini tentang foto levitasi. Oh ya, saya belum pernah nyoba foto pakai ponsel, tapi mungkin triknya sama aja dengan trik kamera digital. Silakan dicoba.

Postingan kali ini saya ingin membahas tentang salah satu “aliran” fotografi, yaitu Levitasi. Levitasi dalam konteks ini bisa diartikan sebagai objek foto yang kelihatan melayang. Sebetulnya saya terinspirasi dari situs ini : http://yowayowacamera.com. Situs ini milik seorang cewe Jepang bernama Natsumi Hayashi (Namanya mengingatkan sama publisher game Harvest Moon, Natsume). Situs itu dipenuhi dengan foto-foto Natsumi yang terlihat “melayang”, mungkin anda mengira bahwa foto-foto itu merupakan foto editan, namun kenyataannya bukan. Dalam proses pemotretannya, Natsumi melompat berkali-kali untuk mendapatkan foto yang sempurna. “wah, pasti kameranya canggih dan mahal, makanya dia bisa motret seperti itu”, mungkin sobat berpikir begitu, dan tebakan sobat Bener. Dia make kamera Canon EOS 5D Mk2 dan lensa Canon EF50mm F1.2L USM, EF24-70mm F2.8L USM, serta PENTAX 67 (tertera di halaman “about” di situsnya), yang harganya selangit.

Credit : yowayowacamera

Tapi, kamera canggih dan lensa yang mahal bukan merupakan faktor utama agar dapat foto yang begituan, saya memberikan contoh foto yang saya ambil menggunakan kamera digital biasa yang ngga ada mode manualnya:


kawan saya yang jadi modelnya, intinya biar dapet momen yang pas, model harus lompat berkali-kali. Ini satu contoh lagi dengan masih pakai kamera yang sama:


Nah, kesimpulannya semua kamera bisa dipakai untuk nyoba motret levitasi.

Sedikit trik untuk yang memakai kamera digital biasa:
  • Sebagian kamera digital punya mode manual, ini untung banget, anda switch ke mode manual kemudian atur aperturenya di f/serendah mungkin (misal f/2.4) dan shutter speed di atas 1/250 biar gerakan beku (Natsumi malah pakai shutter si atas 1/500 kalau foto outdoor atau di atas 1/320 kalau foto indoor dan kurang cahaya), ISO bisa dicoba dinaikin sampek 400.
  • Kalau ngga ada mode manual, coba dilihat mungkin ada mode sport, kalau ada pakai itu saja.
  • Kalau ngga ada dua-duanya artinya kamera anda cuma bisa make auto, caranya cari tempat yang terang terus buat subjeknya melawan sumber cahaya, biar shutter speed kamera bisa cepat, tapi konsekuensinya subjek keliatan hitam (siluet).

Karena orang tua saya dapat rezeki lebih, saya dibeliin kamera DSLR, dan ini contoh levitasi dari kamera saya:

Modelnya masih kawan saya.

Inilah postingan kali ini tentang foto levitasi. Oh ya, saya belum pernah nyoba foto pakai ponsel, tapi mungkin triknya sama aja dengan trik kamera digital. Silakan dicoba.



Saturday, August 23, 2014

Remember when... ketika kau dan aku jatuh cinta. Kalimat itu adalah judul sebuah novel karya winna efendi. Genrenya sih persahabatan dan cinta (romance mungkin terlalu tinggi) gitu. Tapi overall ceritanya keren dan bisa buat sobat ngegalau sampe 3 harian. Haha.

Kisah novel itu berorientasi sama 4 siswa SMA (2 cowo dan 2 cewe atau lebih tepatnya 2 pasangan), Moses, Freya, Gia, sama Adrian. Kenapa 2 pasangan? Yap karena (maaf bagi jomblo) Moses pacaran sama Freya dan Adrian pacaran sama Gia. Moses orangnya pendiam dan kaku, setipe sama Freya yang introvert, sedangkan Adrian orangnya extrovert setipe sama Gia yang periang. Plotnya bermula saat Moses dan Adrian berniat nembak Freya dan Gia, karena mereka merasa cocok satu sama lain. Tetapi ternyata kecocokan bukanlah suatu alasan agar suatu hubungan dapat berlangsung selamanya. Setelah 2 tahun menjalani hubungan, salah satu pihak mulai merasakan kejenuhan sehingga mulai mencari kebahagiaan yang lain.

Sumber Gambar


Eh, sepertinya spoilernya udah kepanjangan deh. Mending baca aja deh bukunya, bisa beli di toko buku atau pun minjem punya temen. :D

Remember when... ketika kau dan aku jatuh cinta. Kalimat itu adalah judul sebuah novel karya winna efendi. Genrenya sih persahabatan dan cinta (romance mungkin terlalu tinggi) gitu. Tapi overall ceritanya keren dan bisa buat sobat ngegalau sampe 3 harian. Haha.

Kisah novel itu berorientasi sama 4 siswa SMA (2 cowo dan 2 cewe atau lebih tepatnya 2 pasangan), Moses, Freya, Gia, sama Adrian. Kenapa 2 pasangan? Yap karena (maaf bagi jomblo) Moses pacaran sama Freya dan Adrian pacaran sama Gia. Moses orangnya pendiam dan kaku, setipe sama Freya yang introvert, sedangkan Adrian orangnya extrovert setipe sama Gia yang periang. Plotnya bermula saat Moses dan Adrian berniat nembak Freya dan Gia, karena mereka merasa cocok satu sama lain. Tetapi ternyata kecocokan bukanlah suatu alasan agar suatu hubungan dapat berlangsung selamanya. Setelah 2 tahun menjalani hubungan, salah satu pihak mulai merasakan kejenuhan sehingga mulai mencari kebahagiaan yang lain.

Sumber Gambar


Eh, sepertinya spoilernya udah kepanjangan deh. Mending baca aja deh bukunya, bisa beli di toko buku atau pun minjem punya temen. :D